Halaman

Powered By Blogger
                                                                                                                                                            
 Tuan Guru KH. Muhammad Aini
(pematang Karangan,Rantau,Kabupaten Tapin)

KH. Muhammad Aini yang sudah lazim pula di kenal dengan sebutan nama tuan guru H. Ayan, lahir di Pematang Karangan pada menjelang subuh harin Senin tanggal 12 Rabiul Awwal 1351 H atau pertepatan tahun 1933 M. ayahandanya bernama H. Ali bin H. Sanusi yang berasal dari Kampung Sungai Rutas, kecamatan candi laras selatan dan ibundanya bernama Basrah putri H. Badar yang berasal dari Pematang Karangan, Kecamatan Tapin Tengah.
Ia dilahirkan dari keluarga yang taat beragama dan sangat memperhatikan pentingnya pendidikan agama. Sehingga hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan beliau dalam bidang ilmu pengetahuan agama, dan disiplin yang tinggi denganpenuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Meskipun kehidupan orangnya yang berada pada sebuah yang cukup terpencil dan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Mata pencaharian orang tuanya hanya sebagai petani, namun mereka mepunyai kawasan yang luas tentang arti pentingnya pendidikan terutama pendidikan agama.
1. Riwayat Pendidikan
Setelah tampak pertumbuhan bakat dan kecerdasannya terutama dalam hal pemahaman agama dan semangat yang tinggi untuk memperdalam ilmu-ilmu agama. Maka orang tuanya senantiasa meberikan dorongan dan dukungan untuk terus belajar guna mencapai pengetahuan ilmu agama yang tinggi. Ternyata apa yang diharapkan oleh orang tuanya agar anaknya menjadi orang yang berilmu dapat disikapi dan dipenuhi oleh Muhammad Aini. Hal ini telah terbukti menamatkan pendidikan, baik formal maupun non-formal, bahkan ia dapat menuntut ilmu sampai akhir hayat. Adapun pendidikan yang pernah ia tempuh adalah :
- Pendidikan Dasar (Volks School)
Volks School adalah lembaga pendidikan untuk tingkat dasar pada jaman penjajahan Jepang yang berada di kampung Pandahan sekitar ± 4 km dari kampung Pematang Karangan. Ia belajar di sekolah tersebut selama 3 tahun yang dimulai dari tahun 1942 sampai 1943.
- Madrasah Kulliyatul Mu’alimin (KMI)
Madrasah Kulliyatul Mu’alimin (KMI) merupakan lembaga pendidikan agama yang berada di kampung Tambaruntung. Ia menuntut ilmu di Madrasah ini selama 5 tahun mulai dari tahun 1945 sampai 1949. Seiring dengan kecerdasan dan bakatnya dalam permasalahan agama. Di samping belajar Madrasah Kulliyatul Mu’alimin, ia juga memperdalam ilmu agama seperti tauhid, fiqih, akhlaq, tasauf dengan datang ke rumah guru beliau.

Adapun guru-gurunya antara lain :
Tuan guru H. Abdullah Shiddiq, ia pernah bermukim dan menuntut ilmu agama di mesir selama ±10 tahun.
Tuan guru H. Hidayatullah, pendiri dan pengasuh Madrasah Kulliyatul Mu’alimin di Tambaruntung.
Tuan guru H. Bijuri, ia di samping sebagai guru juga adalah mertua Tuan guru H. Muhammad Aini.
Tuan guru H. Samsuni di Tambaruntung
Tuan guru H. Ali Mansur di Limau gulung Timba’an
Tuan guru H. Mahfuzh
Tuan guru H. Asy’ari di serawi
Tuan guru H. Asmuni di Tambaruntung
- Menuntut Ilmu Kepondok Pesantren Darussalam, Martapura
Setelah menamatkan pendidikan agama di Madrasah Kulliyatul Mu’alimin (KMI) di desa Tambaruntung selama 5 tahun, ia kemudian meneruskan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura. Menjalani pendidikan yang terpisah dengan kedua orang tua, bekal yang diberikan agar sedapat mungkin untuk mencukupi karena orang tua hanya sebagai petani.
Namun meski demikian, dengan niat yang tulus dan ikhlas, tekad dan kemauan yang keras untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Dukungan orang tua serta do’a yang disampaikan, maka kendala pada waktu itu dapat dilalui dengan kesabaran dan tawakkal. Berkar sabar dan tawakkal itulah kesuksesan dapat diraih yaitu dengan menamatkan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura tersebut selama 6 tahun yang dimulai tahun 1950 sampai tahun 1956.
Ia dikenal sebagai seorang yang sangat dicinta denga ilmu, karena sejak kecil oleh orang tua ditanamkan sikap dan dorongan untuk terus menerus menuntut ilmu khususnya ilmu agama islam, baik secara formal maupun mengaji kepada guru-guru agama. Hal inipun ia lakukan tatkala menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darussalam, di samping menuntut ilmu secara formal di pesantren, ia juga memperdalam berbagai cabang ilmu dengan cara mendatangi guru-guru.
Adapun guru-guru yang pernah mengajarinya baik di Pondok Pesantren maupun di tempat guru selama menuntut ilmu si Martapura, antara lain:
KH. Semman Mulia
KH. Syarwani Abdan
KH. Husein Qadri
KH. Salman Djalil
KH. Salim Ma’ruf
Tuan guru H. Muhammad Ramli
Tuan guru H. Azhari/ guru Jahri
Tuan guru H. Salman Yusuf
Tuan guru H. Marzuki
10. Tuan guru H. Muhammad Nasrun Thahir yang merupakan guru dalam bidang qiraat al-Quran.
Selepas ia menuntut ilmu di pondok pesantren Darussala, Martapura ternyata bukan akhir kegemarannya dalam menuntut ilmu-ilmu agama. Ia secara rutin dan istiqamah mengikuti pengajian yang dipimpin oleh KH. Muhammad Zaini (guru sekumpul) putra Abdul Ghani putra Abdul Manaf putra Mufti H. Muhammad Khalid putra al-‘Alim al-‘Allamah Hasanuddin putra Syeikh Maulana Muhammad Arsyad al-Banjari, di samping mengaji kepada KH. Semman Mulia.
Selama kurun waktu 24 tahun beliau mengikuti pengajian agama yang dipimpin KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani (guru sekumpul) yakni mulai tahun 1976 sampai beliau mendekati akhir hayat. Beliau mulai mengikuti pengajian guru sekumpul yang dimulai dari lokasi di daerah Keraton Martapura sampai yang dilaksanakan di Mushalla ar-Raudhah, Sekumpul, Martapura.
Sikap yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya ternyata sangat melekat pada kepribadiannya, sehingga tidak heran kalau ia sangat memperhatikan masalah pengaturan waktu yaitu kapan untuk keluarga, mengajar ilmu (dakwah) serta menuntut ilmu.
Lebih-lebih selama pada saat ia mengaji/berguru secara khusus kepada KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani (guru sekumpul) sekaligus yang memimpin rohaninya. Dalam suatu kesempatan ia pernah mengatakan “Alhamdulillah semangatku untuk menuntut ilmu tidak pernah berubah semenjak dulu hingga sampai ke usia tua, yang berubahhanya kondisi tubuh, kalau semangat malah semakin meningkat”.
Hal ini merupakan wujud dari pengalaman dari kandungan ajaran Rasulullah saw, seperti sabda Rasulullah, yang artinya : Tuntutlah ilmu dari buaian (ayunan) sampai ke liang lahat
Dari perjalanan waktu yang cukup panjang dalam menggali dan memperdalam ilmu begitu sarat dan banyak ilmu serta amalan beserta sanad-sanadnya yang ia peroleh dari KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani (guru sekumpul). Sehingga dengan penuh hormat dan tawadhunya terhadap guru-gurunya, ia sering mengatakan “Bahwa keadaan kehidupanku ini, Alhamdullah, semuanya berkat peguruan’ (guru-guru beliau)”.
Hal ini menunjukkan betapa besar rasa hormat, adab dan tawadhunya kepada guru-gurunya sehingga tidak heran pula beliau sangat disayangi dan dicintai oleh guru-gurunya. Bukti bahwa guru begitu sayang kepadanya adalah ketika ia menunaikan rukun islam yang kelima (naik haji) guru sekumpul seringa menyebut namanya padahal ia tidak berada di pengajian tersebut. Demikian juga ketika guru sekumpul masih hidup dan tuan guru H. Muhammad Aini sudah meninggal dunia, anak cucunya diundang ke kediaman guru sekumpul ketika hendak pulang, Guru sekumpul berpesan kepada anak tertua titip salam kepada Tuan guru H. Muhammad Aini (tuan guru H. Ayan)
2. Sikap Kepribadian
Seperti diketahui, setelah menamatkan pendidikan pada Pon-Pes Darussalam Martapura, ia kembali ke Kampung halaman membawa bekal ilmu yang cukup untuk menjalani kehidupan sebagai seorang petani disamping berhikmat dengan ilmu karena menurut beliau ilmu adalah untuk diamalkan dengan ikhlas bukan sebagai tujuan dan hujjah tetapi ilmu sebagai jalan untuk mencapai tujuan dan mendapatkan ridha Allah SWT, ia kawin dengan Hj. Siti Aminah putri H. Bijuri yang merupakan anak gurunya.
Dari perkawinan tersebut melahirkan 9 orang anak, yaitu:
- Tuan guru H. Ibrahim
- Hj. Rahmah
- Ustaz H. Muhammad Hasnan
- Ustaz H. Muhammad Syahminan
- Hj. Hamdanah
- H. Muhammad Thahir Zaki
- Hj. Rafikah
- Arfah
- Hj. Rajabiah
Figur KH. Muhammad Aini (guru Ayan) putra H. Ali sungguh mempunyai kehidupan dan kepribadian yang mengagumkan. Sebagi muballigh, dai terkenal sekaligus ulamaa-il ‘aamilin, ia mampu menjalin hubungan baik dan harmonis dengan siapa saja, baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat biasa.
Sebagai tokoh kharismatik, ia tidak pernah menginginkan kedudukan/menjadi pegawai atau pejabat di lungkungan pemerintahan. Namun beliau sangat mendukung kebijakan pemerintahan yang adil, baik dan benar. Begitu pula halnya dengan masalah politik, ia mampu bersikap netral dan beliau lebih memilih kedudukan non-formal sebagai tokoh ulama yang mengayomi semua kelompok dan golongan serta membawa masyarakat menuju khairal ummah.
Hal ini merupakan suatu pilihan sikap yang sangat berani, tegas dan konsekuen (istiqamah), dimana saat pemerintahan pada masa itu ada kecenderungan menjadikan ulama untuk kepentingan pemerintah dan politik. Di samping itu dalam beramar ma’ruf nahi munkar, ia selalu bersikap jujur apa adanya. Ia selalu mengatakan kalau yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Beliau juga mempunyai sikap yang sangat disiplin dan teguh memegang janji, ia sangat tidak suka didustai apalagi berdusta kepada orang lain.
Dari pergaulan, ia telah banyak memberikan contoh teladan karena dalam pergaulannya di masyarakat senantiasa membawa misi/tujuan tertentu untuk kemaslahatan masyarakat.
Sebagai ilustrasi (gambaran) suatu ketika ia pernah membaur dengan masyarakat mengadakan kegiatan permaian rakyat “bagasing”. Masyarakat bingung mengapa ia ikut bermain gasing, malah dalam suatu pengajian murid bertanya hukumnya dari sisi agama bermain gasing. Ia tidak menjawab karena tujuan untuk menjalin silaturrahmi masyarakat yang kurang harmonis masih berjalan dan diupayakan. Setelah masyarakat kembali dapat menjalin silaturrahmi dan mempererat ukhuwah Islamiyah di tengah-tengah kondisi lapisan masyarakat, akhirnya apa yang dilakukannya bertujuan untuk kepentingan kemaslahatan umat.
Kejadian diatas merupakan bentuk dalam mengikuti orang-orang saleh tedahulu dalam berdakwah menyesuaikan kegemaran yang dilakukan oleh masyarakat pada waktu itu. Kalu Wali Songo berdakwah dengan wayangnya, maka ia mempererat dan memperkokoh kesatuan dan persatuan melalui kegiatan “bagasing”.
Pada sisi lain, dalam kehidupan bermsyarakat, ia dikenal dekat dengan masyarakat. Karena ia memang ingin dapat merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Sehingga tidak jarang juga melakukan apa yang dilakukan kebanyakan masyarakat seperti bertani, menagkap ikan dengan cara memancing, menjambih, mendandang serta mahalawit. Ini semua merupakan bentuk “riyadhah” dalam menapaki jalan para orang shaleh dan para ulama yang menghimpun antara syariat, thariqat dan haqiqat serta ma’rifat.
3. Usaha Pengembangan Syiar Islam
- Bidang Dakwah
Mayarakat Pematang Karangan sejak dahulu termasuk masyarakat yang religius (agamis). Sejak 10 tahun yang lalu di Pematang Karangan telah berlangsung Kegiatan “Babacaan” atau pengajian agama yang istilah sekarang disebut dengan majelis taklim yang dipimpin oleh tuan guru H. Bijuri putra Dalusman setiap hari Jum’at pagi yang bertempat di Mushalla (langgar) Darul Aman. Tuan guru H. Bijuri dengan penuh kesabaran membimbing masyarakat Pematang Karangan dan sekitarnya dengan berbagai macam ilmu agama seperti, tauhid, fiqih, dan tasauf.
Sekitar tahun 1968, tuan guru H. Bijuri berpulang kerahmatulah dalam usia ±80 tahun dan di makamkan di samping mushalla Darul Aman yang dibangunnya. Setelah meninggalnya tuan guru H. Bijuri, maka yang melanjutkan agar tetap terlaksana syiar islam dan rasa tanggung jawab yang besar terhadap pentingnya pendidikan agama bagi keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu keggigatan “babacaan” di Pematang Karangan dilanjutkan oleh tuan guru H. Muhammad Aini atau yang lebih dikenal dengan sebutan tuan guru H. Ayan dan ia juga merupakan menantu dari tuan guru H. Bijuri.
Setelah berjalan beberapa tahun di bawah asuhan Tuan Guru H. Muhammad Aini (Tuan Guru H. Ayan) ini mengalami perkembangan dan berjalan sangat pesat. Pada awalnya ketika dipimpin oleh Tuan Guru H. Bijuri dilakukan setiap Jum’at pagi, pada masa Tuan Guru H. Ayan kemudian ditambah pada Jum’at malam untuk perempuan dan sabtu malam untuk umum yang didahului dengan pembacaan syair-syair mauled al-Habsyi.
Dalam perkembangannya memang beberapa kali terjadi perubahan waktu kegiatan, karena ia menyesuaikan dengan pengajian yang dipimpin oleh Guru Sekumpul (KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani) di Sekumpul, Martapura. Perubahan itu berlangsung beberapa kali seperti dilaksanakan pada rabu malam kemudian pada senin malam dan akhirnya dilakukan pada selasa malam.
Figur Tuan Guru H. Muhammad Aini (H. Ayan) dikalangannmasyarakat Pematang Karangan dan Kabupaten Tapin umumnya adalah merupakan ulama yang kharismatik. Sehingga pengajian yang dipimpin olehnya jumlah jemaahnya selalu bertambah banyak hingga mencapai puluhan ribu orang. Desa Pematang Karangan yang dulunya kurang dikenal, setelah adanya pengajian yang dilakukan oleh Tuan Guru H. Muhammad Aini ini makin dikenal bukan saja yang ada di Kabupaten Tapin, tetapi sampai Daerah Hulu Sungai. Beliau dalam memberikan pelajaran agama (pengajian) di samping di rumah dan mushalla Darul Aman, ia juga meluangkan waktu untuk memberikan pengajian agama secara rutin dan bergiliran dimana-mana tempat masyarakat yang menghajatkan baik di mesjid, mushalla atau di sekolah-sekolah.
Selain itu juga, ia sering mengabulkan hajat/undangan masyarakat untuk memberikan ceramah agama baik di mesjid, mushalla, madrasah/sekolah maupun di kantor-kantor pemerintah. Ia juga merupakan seorang da’i/ muballigh yang terkenal pada masa itu tidak saja di Kalimantan Selatan . tetapi juga di Kalimantan Timur dan di Kalimantan Tangah. Beliau aktif melaksanakan dakwah/tabligh akbar yang dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya uktuk memberikan pencerahan/siraman rohani guna memantapkan keyakinan agama islam dan pengalamannya pada masyarakat.
Tempat yang dilakukan dalam kegiatan tabligh bukan saja di kota tetapi juga dilakukan di desa-desa bahkan sampai pelosok daerah terpencil sekalipun. Untuk mencapai tujuan ada yang menggunakan kendaraan bermotor, sepeda, perahu (kelotok) bahkan juga harus dilakukan dengan jalan kaki.
Ditengah kesibukannya memberikan pengajian dan berdakwah, ia juga tetap aktif memperdalam ilmu agama dan berguru kepada KH. Seman Mulia, Keraton, Martapura dan KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani (guru Sekumpul). Setelah kurun waktu selama ± 17 tahun ia melaksanakan kegiatan dakwah umum untuk masyarakat, kemudian beliau menghadap KH. Seman Mulia untuk memohon petunjuk dan bimputragan sekaligus memperdalam ilmu agama.
Atas berkat nasehat KH. Seman Mulia yang mengatakan kepada Tuan Guru H. Muhammad Aini putra H. Ali mengatakan : “ untuk memperdalam ilmu nyawa (kamu), maka nyawa (kamu) unda (aku) serahkan kepada Anang (panggilan kesayangan pada KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani sekaigus yang akan memimpin nyawa (kamu) dan nyawa (kamu) memberikan pengajian agama cukup di rumah dan di langgar (mushalla) saja.
Dengan demikian akhirnya Tuan Guru H. Muhammad Aini putra H. Ali memutuskan dengan tulus ikhlas melaksanakan nasehat guru beliau tersebut. Mulai saat itu beliau tidak lagi melaksanakan pengajian agama di tempat-tempat lain, melainkan hanya memberikan pengajian di rumah dan mushalla di depan rumahnya. Kalau dilihat secara keseluruhan waktunya dalam mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat selama ±45 tahun.
Melihat kiprahnya dalam menyampaikan pengetahuan mengenai agama merupakan sebagai generasi penerus perjuangan Rasulullah saw (waratsatul anbiya-i). ia membaktikan seluruh hidup secara konsisten (istiqamah) menetapi jejak sunah Nabi saw. Untuk pengembangan dakwah dan syiar islam serta berkhidmat dengan ilmu yang penuh keikhlasan, rajin, cermat, dan tanpa pamrih.
Segala niat, sikap dan amal ibadah perjuangan beliau, semoga Allah AWT senatiasa memberikan nilai positif dengan ganjaran tempat yang mulia di sisi-Nya. Amin.

4. Bidang Pendidikan/Pendirian Pesantren
Sebagaimana diketahui bahwa Tuan Guru H. Muhammad Aini putra H. Ali dikenal sebagai seorang yang sangat cinta dengan ilmu. Atas dasar kecintaanya dengan ilmu itulah yang melahirkan ide-ide/gagasan untuk mengembangkan syiar islam dan ilmu pengetahuan agama melalui Lembaga Pendidikan Islam. Hal ini juga melihat keadaan sosial keagamaan pada masyarakat Pematang Karangan dan belum adanya Lembaga Pendidikan Islam yang memadai kecuali Pon-Pes Darussalam di Martapura.
Ide/gagasan yang cemerlang tersebut disambut baik oleh adik iparnya Tuan Guru Abdul Jalil putra Tuan Guru H. Bijuri yang bermakam di dalam kubah samping mushalla Darul Aman pada tanggal 10 Agustus 1985/24 Zulqaidah 1405 H, mulailah direalisasikan ide tersebut oleh Tuan Guru H. Muhammad Aini uang didukung oleh Tuan Guru Abdul jalil. Dalam pendiria pesantren ini juga dibantu oleh Guru H. Abdullah, Guru H. Asnawi, Guru H. Ibrahim (anak), Guru H. Muhammad Hasnan (anak), Guru H. Abdul Khaliq dan H. Junaidi Naseri (menantu) beserta komponen masyarakat lainnya. Lembaga Pendidikan Islam tersebut diberi nama “Pesantren Sulubussalam” dan pada tahap awalnya menyelenggarakan pendidikan untuk tingkat Madrasah Diniyyah Awwaliyah.
Pada s aat pertama dibuka dan belum mempunyai gedung sabagai tempat belajar, maka sementara meminjam tempat di Balai Desa Pematang Karangan. Namun berkat kegigihan beliau bersama panitia pembangunan yang didukung oleh komponen masyarakat serta pemerintah dalam waktu yang relatif singkat dapat dibangun dua buah ruang belajar santri. Seiring dengan perkembangan dan dinamika tuntutan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di pesantren ini disikapinya dengan mengembangkan secara terus menerus, baik segi fisik maupun sarana prasarana serta guru-guru pengajar.
Setelah berjalan selama 5 tahun sejak didirikan pada tahun 1985, perkembangan pesantren berjalan cukup pesat, hai ini denga kebanyakan santri yang sekolah di pesantren ini. Maka memenuhi serta tuntutan masyarakat akan perlunya lanjutan dari Madrasah Diniyah Awwaliyah, pada tahun 1990 dibuka jenjang pendidikan tingkat Madrasah Diniyah Wustho (3 tahun).
Alhamdulillah, kini pesantren Sulubussalam, Pematang Karangan telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, diman apada tahun ajaran 2005/2006 santrinya berjumlah 2.152 orang yang didukung 33 orang guru dan fasilitas ruang belajar sebanyak 33 kelas. Kondisi ini tidak terlepas dari figur KH. Muhammad Aini putra H. Ali dengan ikhlas berjuang dengan tenaga, pikiran dan harta selaku pendiri, pimpinan sekaligus pengasuh. Hal ini juga tidak terlepas dari usaha kerja keras dari penerus kepemiminannya beserta komponen masyarakat dan pemerintah.
5. Berpulang Ke Rahmatullah
Pada saat usia Tuan Guru KH. Muhammad Aini putra H. Ali ± 67 tahun, ia mulai sakit-sakitan dan akibat sakit yang dialami sempat beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Sari Mulia, Banjarmasin. Kemudian pindah ke Rumah Sakit Umum Ulin, Banjarmasin. Setelah menglami perawatan di Rumah sakit beberapa hari, ia meminta untuk pulang ke Rantau, dalam perjalanan pulang menuju Rantau tersebut sampai Martapura ia menghembuskan nafas terakhir melepas roh yang suci, Inna lilahi wa inna ilahi raji’un.
Ia kembali menghadap ke hadirat Allah pada malam senin 21 Jumadil Awwal 1421 H/20 Agustus 2000 pukul 23.45 WITA.
Ia di makamkan di samping mushalla Darun Aman, desa Pematang Karangan, Kecamatan Tapin Tengah pada siang senin esok harinya sekitar pukul 15.30 WITA menjelang shalat Ashar.
Kini ulama yang ‘waratsatu an-biya’i’ tersebut telah tiada, namun meski demikian semoga kita dapat mewarisi semangat dan meneladani sikap kepribadian dan perjuangan beliau.
Semoga segala amal baik dan ibadah beliau diterima Allah dengan ganjaran maqom (tempat) yang mulia disisi-Nya. Serta kita semua senantiasa mendapat petunjuk, bimbingan dan ridho Allhan berkat kemuliaan beliau dan guru-gurunya. Amin ya Rambal’Alamin.
6. Keramat
Guru H. Muhammad Aini atau yang biasa disebut dengan Tuan Guru H. ayan mempunyai kelebihan seperti :
- Apabila berkehendak dikabulkan oleh Allah SWT
Pernah tejadi ketika ingin menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kali, uang yang ada hanya cukup untuk satu orang saja sedangkan isterinya berkeinginan juga untuk ikut menunaikan rukun islam yang kelima. Pada waktu itu setor haji mendekati keberangkatan boleh saja melunasi tidak seperti sekarang harus setor duluan itupun harus menunggu beberapa tahun karena banyaknya masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji. Sementara menunggu setoran haji, rejeki yang didapat tidak terhingga datangnya, akibatnya dari rejeki yang diperoleh tersebut uangnya cukup untuk dua orang. Bahkan rejeki yang didapat itu cukup untuk bekal selama menunaikan ibadah haji.


- Kubur diziarahi Orang
Banyak masyarakan yang datang ke kuburnya untuk berziarah dan mengabulkan hajat serta memanjatkan do’a. orang yang datang ke kuburnya ada yang membawa kain kuning untuk diletakkan. Ada masyarakat yang datang membaca Yasin dan bertahlil, dan mereka yang berziarah bukan saja masyarakat yang ada di rantau melainkan juga mereka yang berasal dari luar daerah Tapin.
- Memberi Air Tawar (air yang diberi doa)
Masyarakat banyak yang datang ke rumahnya dengan berbagai macam keinginan dan permohonan, mulai dari masalah rumah tangga sampai kepada meminta air tawar dengan berbagai keperluan (hajat).
- Keperluan Haulan Melimpah
Setiap kali keluarganya akan mengadakan haulan untuk mengenang meninggalnya beliau yang setiap tahun diadakan haulan. Dalam pelaksanaan haulan tersebut pihak keluarga tidak terlalu repot memikirkan apa-apa yang diperlukan untuk haulan. Makanan yang akan diberikan kepada masyarakat merupakan pemberian dari masyarakat seperti sapi, beras serta bumbu-bumbu masakan.
Haulan yang dilakukan setiap tahun dibanjiri oleh masyarakat, bukan saja mereka yang datang yang berasal dari Kabupaten Tapin melainkan juga mereka yang datang dari luar Kabupaten Tapin.
- Hujan deras berhenti dengan mendadak
Ini adalah pengalaman admin Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan sendiri ketika berada di tempat beliau,waktu itu seperti kebiasaan masyarakat kabupaten tapin dan masyarakat banjar lainnya setiap malam malam ganjil terakhir bulan Ramadhan untuk melaksanakan Sholat hajat dan sholat Tasbih pada waktu sepertiga malam,saat itu yang berhadir sangat banyaknya,tanpa di sangka sangka ternyata malam itu hujan turun dengan sangat lebatnya,hingga banyaklah jamaah yang pulang hingga cuma tertinggal sekitar ratusan orang,saat itu paman admin sendiri berkata,"kita jangan pulang,kita tunggu saja sampai Abah Guru Keluar rumah,kita buktikan kalau beliau seorang ulama yang mempunyai keramat Insyaallah hujan akan berhenti dengan sendirinya,alhamdulillah Allah menjawab keraguan kami semua,tak lama sebelum waktu acara di mulai beliau keluar dari rumah tanpa memakai payung (padahal waktu itu hujan masih sangat lebat ),kami perhatikan beliau memandang ke arah langit,subhanallah...begitu beliau menjejakkan kakinya ketanah,hujan berhenti dengan tiba tiba,hingga acara bisa di laksanakan dengan lancarnya...

sumber : Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan
Beberapa Catatan kelebihan dan karomah Abah Guru sekumpul

Beliau sudah hapal al-Qur`an semenjak berusia 7 tahun.
Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulan beliau betul-betul dijaga. Kemanapun bepergian selalu ditemani (saya lupa nama sepupu beliau yang ditugaskan oleh Syaikh Seman Mulya untuk menemani beliau). Pernah suatu ketika beliau ingin bermain-main ke pa...sar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamanda beliau Syaikh Seman Mulya di hadapan beliau dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syaikh, begitu juga sepupu yang menjadi penjaga beliau. Beliaupun langsung pulang ke rumah.

Pada usia 9 tahun pas malam jum'at beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar
turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis "Sapinah al-Auliya". Beliau ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Beliaupun terbangun. Pada malam jum'at berikutnya, beliau kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jum'at ketiga, beliau kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika sudah masuk, beliau melihat masih banyak kursi yang kosong. Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambut beliau dan menjadi guru adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut.

Salah satu pesan beliau tentang karamah adalah agar kita jangan sampai tertipu dengan segala keanehan dan keunikan. Karena bagaimanapun juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan suatu keahlian atau skill. Karena itu jangan pernah berpikir atau berniat untuk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku sendiri punya karamah tapi shalatnya tidak karuan, maka itu bukan karamah, tapi "bakarmi" (orang yang keluar sesuatu dari duburnya).
Karomah- Karomahnya :

- Ketika beliau masih tinggal di Kampung Keraton, biasanya setelah selesai pembacaan maulid, beliau duduk-duduk dengan beberapa orang yang masih belum pulang sambil bercerita tentang orang orang tua dulu yang isi cerita itu untuk dapat diambil pelajaran dalam meningkatkan amaliyah. Tiba tiba beliau bercerita tentang buah rambutan, pada waktu itu masih belum musimnya, dengan tidak disadari dan diketaui oleh yang hadir beliau mengacungkan tangannya kebelakang dan ternyata ditangan beliau terdapat sebuah buah rambutan yang masak, maka heranlah semua yang hadir melihat kejadian akan hal tersebut. Dan rambutan itupun langsung beliau makan.

- Ketika beliau sedang menghadiri selamatan dan disuguh jamuan oleh shahibul bait maka tampak ketika, itu makanan, tersebut hampir habis beliau makan, namun setelah piring tempat makanan itu diterima kembali oleh yang melayani beliau, ternyata, makanan yang tampak habis itu masih banyak bersisa dan seakan akan tidak dimakan oleh beliau

- Pada suatu musim kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama tidak turun sehingga sumur sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap agar hujan bisa secara turun.

Melihat hal yang demikian banyak orang yang datang kepada beliau mohon minta doa beliau agar hujan segera turun, kemudian beliau lalu keluar rumah dan menuju pohon pisang yang masih berada didekat rumah beliau itu, maka beliau goyang goyangkan lah pohon pisang tersebut dan ternyata tidak lama kemudian, hujanpun turun dengan derasnya.

- Ketika pelaksanaan Haul Syekh Muhammad Arsyad yang ke 189 di Dalam pagar Martapura, kebetulan pada masa itu sedang musim hujan sehingga membanjiri jalanan yang akan dilalui oleh 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy Syeikh KH. M. Zaini Abd. Ghani Al Banjari menuju ketempat pelaksanaan haul tersebut, hal ini sempat mencemaskan panitia pelaksanaan haul tersebut, dan tidak disangka sejak pagi harinya jalanan yang akan dilalui oleh beliau yang masih digenangi air sudah kering, sehingga dengan mudahnya beliau dan rombongan melewati jalanan tersebut; dan setelah keesokan harinya jalanan itupun kembali digenangi air sampai beberapa hari.

- Banyak orang orang yang menderita sakit seperti sakit ginjal, usus yang membusuk, anak yang tertelan peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta meninggal dalam kandungan ibunya, sernuanya ini menurut keterangan dokter harus dioperasi. Namun keluarga mereka pergi minta do'a dan pertolongan. 'Allimul'allamah 'Arif Billah Asy Syekh KH. M. Zaini Abd. Ghani. Alhamdulillah kesemuanya dapat tertolong dan sembuh tanpa dioperasi.

Demikianlah diantara karamah dan kekuasaan ALLAH yang ditunjukkan kepada diri seorang hamba yang dikasihi Nya.

PERCAYA ATAU TIDAK ITU SEMUA TERSERAH ANDA MENYIKAPINYA ( Habib Ahmad bin Faqih Ba'Syaiban )
sumber : SYAFAAH.dan.BAROKAH / Kisah.Para.Datu danUlama.Kalimantan
                                   


                                      KH. Mahfuz Amin Pamangkih


KH. Mahfuz Amin putra tuan Guru H. Muhammad Ramli putra Tuan guru H. Muhammad Amin. Ia adalah putra pertama dari Sembilan bersaudara, pasangan Tuan guru H. Muhammad Ramli dan Hj. Malihah, Hj. Rapiah dan terakhi...r Tuan guru H. Muhammad Zuhdi.
Mahfuz Amin dilahirkan di Pamangkih pada malam selasa tanggal 23 Rajab 1332 (sekitar tahun 1914 M) dirumah orang tuanya yang sederhana diasuh dan dibesarkan di bawah pengawasan sehingga menjadi orang yang mulia dan banyak berjasa.
Ia pertama kali dididik dan dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang religius, sebab orang tuanya yang bernama H. Muhammad Ramli adalah ulama berpengaruh dan dikenal mempunyai ilmu agama yang dalam. Tidak heran kalau di Pamangkih, orang tua dari Tuan guru H. Muhammad Ramli yakni Tuan guru H. Muhammad Amin di sebut Tuan guru besar, sedangkan Tuan guru H. Muhammad Ramli dikenal dengan Tuan guru Tuha, karena ditangannyalah kata putus dalam berbagai persoalan, baik yang menyangkut bidang agama maupun problem sosial kemasyarakatan lainnya.
Dalam usia 6 tahun, ia sudah belajar al-Qur’an tahap pertama, di bawah pengajaran langsung orang tuanya. Pendidikan formal ia tempuh di volk School selama tiga tahun di Pamangkih yang kemudian dilanjutkan ke Vervolk School selama 2 tahun di Desa Banua Kupang.
Selain itu beliau tidak pernah belajar di sekolah formal lainnya. Untuk selanjutnya ia menempuh pendidikan nonformal berupa pengajian agama yang diberikan oleh orang tuanya sendiri disamping mengikuti pengajian dengan Tuan guru Muda H. Hasbullah putra H. Abdur Rahim di dekat Mesjid Jami’ Pamangkih. Selain itu ia jiga belajar dengan Tuan guru H. Muhammad Ali Bayangan dan Tuan guru H. Mukhtar di Desa Negara.
Tahu 1938, saat berusia 24 tahun ia berangkat ke tanah suci mekkah al-Mukarramah untuk menunaikan ibadah haji seraya memperdalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama.
Diantara guru-gurunya selama di kota Mekkah antara lain adalah :
- Syeikh Yasin al-Fadani
- Syeikh Abu Bakar Putra Sulaiman
- Syeikh al-‘Allamah Abdul Qadir al-Mandili
- Al-‘Allamah asy- Syeikh H. Muhammad Anang Sy’arani
- Syeikh Abdurrahman, Kelantan
- Syeikh Muhammad Nuh, Kelantan
- Syeikh Muhammad Ahyad putra Idris alpBughuri
- Syeikh Abdul Kaliq, Perak, Malaysia
- Syeikh KH. Abdul Jalil al-Maqdisi
- As-Sayyid Alawy putra Sayyid Abbas al-Maliki
- As-Sayyid Amin Kutbi
- Syeikh Hasan Muhammad al-Masysyath
- Syeikh Mukhtar, Ampenan
Setelah 3 tahun menimba ilmu pengetahuan di Tanah Suci, ia pulang ke tanah air dan tepat pada tanggal 8 Oktober 1941 tiba kembali di kampung kelahirannya. Sejak saat itu ia mulai mengajar agama sambil terus belajar di samping aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
Setelah hamper 20 tahun berkecimpung dimasyarakat, bermacam pengetahuan dan pengalaman telah diperoleh, pahit manisnya kehidupan telah dilalui, namun cita-cita ingin menyebarkan dan ingin meninggikan agama Allah tidak pernah padam. Hingga pada saatnya pada tahun 1958, fajar cita-cita yang diidamkan mulai tebit bersinar di Desa Pamangkih. Lembaran-lembaran kitab kuning yang mulai siran kembali cerah dengan berdirinya sebuah pondok pesantren yang bernama “Ibnul Amin” yang belum pernah sepertinya di Kalimantan pada umumnya.
Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun1975 ia juga membangun pondok pesantren Ibnul Amin Putri untuk mencetak kader-kader muslimah yang shalehah.
Ia adalah sosok pribadi yang tidak pernah menyerah dalam berjuang baik dalam masa pendidikan maupun dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan ide-idenya. Teman belajarnya ketika masih belajar dengan orang tuanya diantaranya Tuan Guru H. Mursyid atau lebih dikenal dengan H. Kabau (orang tua dari Drs. Sa’dillah Mursyid MPA, mantan Mensekkab dan Mensesneg) dan Tuan Guru H. Abdul Aziz, adiknya sendiri.
Kelebihannya terletak pada ketekunan dan kerajinan dalam mengulang kaji sendiri (Muthalaah) , disamping itu pula beliau adalah orang yang sangat menghargai waktu.
Walaupun ditengah kesibukan beliau dalam bekerja, karena tenaga dan waktu beliau hampir semua tercurah pada pembangunan dan memajukan pesantren yang beliau asuh, namun tidak berarti kesempatan menulis satu dua buku untuk manunjang pelajaran di pondok beliau tertutup.
Terbukti ada 3 karya tulis beliau, satu yang menjadi pokok bahkan yang pertama kali harus dipelajari santri-santrinya ialah :
Kitab tashrib atau dikenal dengan tashrifan. Walaupun tidak dicetak karena untuk membiasakan santri menulis dalam tahapan pertama. Kitab tashrif ini selalu disalin oleh santri yang baru belajar.
Ringkasan sharaf yang berbahasa arabdengan nama : Mukhtasar Hallul Ma’qudi fi Nazhmil Masqud.
Untuk memudahkan santrinya dalam belajar ilmu falaq beliau ringkaskan satu kitab falaq yang besar yang diberi nama : Al-Mahlulatu fi Mukhtasari Manaahijil Hamiidiyyah.
Disamping berkiprah dibidang keagamaan beliau juga sangat memperhatikan usaha mencerdaskan anak-anak di desanya. Hal ini terbukti dengan peran beliau yang sangat besar dalam membangun sekolah umum (SR) pada tahun 1951.
Beliau menaruh perhatian secara khusus dalam bidang ilmu falaq, baik mempelajari maupun mengajarkannya yang mana pada akhirnya beliau dikenal orang sebagai ahli dibidang ilmu falakiyyah.
Keberhasilannya dalam belajar dikarenakan beliau sangat menghormati ilmu yang didapat dari gurunya dalam arti penghormatan yang benar dalam mengamalkan ilmu yang diperoleh tersebut. Beliau berhasil menularkan ilmu kepada murid-muridnya yang kini telah tersebar dimana-mana. Kalu dilihat masa belajar beliau memang relative singkat. Tiga tahun di Mekkah dan beberapa tahun dalam asuhan orang tuanya, tetapi karena kesungguhan beliau dalam mempelajari, menghormati dan mengamalkan ilmu yang beliau dapat sehingga tampaklah keberkatan dan manfaat ilmu pengetahuan yang dilikinya.
Beliau juga sangat menghormati guru-guruny, karena kalu seseorang sudah menjadi terhormat dalam hidupnya kita selalu dituntut untuk selalu menghormati guru, karena guru adalah orang yang mengangkat kita dari bumi ke langit sedang orang tua kita menurunkan kita dari langit ke bumi. Beliau selalu menziarahi guru-guru yang masih hidup minimal setahun sekali dan sesudah meninggal beliau berziarah ke makamnya.
Hal lainnya yang menonjol dari kepribadiannya adalah kasih sayangnya dengan para santri. Beliau menginginkan santrinya rajin dalam belajar hingga berhasil dan dapat mengamalkan ilmu yang diperolehnya serta pandai dalam menstranfer ilmunya kepada orang lain.
Siang dan lamam selalu berada di tengah-tengah santrinya. Kalau ada yang bermain-main, beliau tegur dengan saran dan teguran yang lemah lembut diiringi dengan nasehat, dan Nampak kegembiraan dimukanya ketika melihat santrinya yang sedang belajar.
Beliau sangat dikenal dikalangan ulama, khususnya di Kalimantan. Di samping selalu datang berkunjung kepada mereka, tak jarang kesempatan itu digunakan untuk bertukar pikiran atau mudzakarah, lebih-lebih pada masalah-masalah keagamaan. Beliau juga cukup dekat dan akrab dengan KH. Hasyim asy-Ari, Jombang serta KH. Abdush Shomad Mufti kerajaan Pontianak.
Beliau mempersilahkan siapa saja pejabat yang mau datang, menteri, dirjen, gubernur sampai bupati pernah bertandang ke pesantren. Kalau mereka ingin meberikan bantuan untuk pondok, beliau dengan senang hati mau menerimanya, selama “tidak mengikat”. Walaupun demikian beliau tidak pernah memohon kepada mereka dan tetap menjaga jarak. Prinsipnya adalah selama pergaulan itu tidak mengganggu perjuangan beliau untuk kemajuan pondok.
Kepada para kadernya beliau berpesan agar hidup untuk menghidupi pondok bukan justru hidup di pondok. Beliau memang sosok pribadi istimewa, istiqamah, disiplin, tawadhu’ dan disertai semangat ikhlas berkorban. Tidak ada keinginan menggapai kemewahan duniawi. Bicara masalah dunia saja beliau mengantuk. Untuk kepentingan agama, tidak segan-segan beliau korbankan kepentingan sendiri. Beliau tebang kebun cengkeh milik pribadi demi pembangunan Pondok Pesantren Ibnul Amin Putri. Bahkan selama hidupnya, beliau tidak mempunyai kendaraan pribadi.
Demikianlah, selama 37 tahun berjuang untuk membangun serta membina pondok pesantren Ibnul Amin dan santri-santrinya, dari hari kehari lembaran hidupnya dihabiskan untuk lii’laai Kalimaatillaah hingga usai senja.
Keuzuran tampak bertambah, sakit paru-paru beliau tambah hari tambah parah meskipun pengobatan secara intensif selalu diupayakan. Dari RSI Banjarmasin, Surabaya bahkan sampai Jakarta. Sampai pada saatnya, hari minggu, jam 08.45 tanggal 21 Dzulhijjah 1415 H/21 Mei 1995 beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pangkuan anak istri dan murid-murid beliau dalam usia 82 tahun 4 bulan 28 hari.
Dikebumikan pada sore harinya dengan diantarkan oleh ribuan ummat islam ke tempat peristirahatan terakhir pada jam 15.00 di pemakaman umum Pamangkih bersampingan dengan orang tua beliau KH. Muhammad Ramli dan keluarga.
Pamangkih berduka, derai tangis pun pecah. Para santri seolah tak kuasa untuk bicara. Masyarakat terpana karena ditinggal oleh sang panutan yang sangat berjasa untuk dunia pendidikan, khususnya di Kalimantan, untuk selama-lamanya.(fy)
sumber : http://www.facebook.com/Kisah.Para.DatudanUlama.Kalimantan


                            ABAH GURU SEKUMPUL MARTAPURA

Nama kecilnya adalah Qusyairi, sejak kecil beliau termasuk dari salah seorang yang "mahfuzh", yaitu suatu keadaan yang sangat jarang sekali terjadi, kecuali bagi orang orang yang sudah dipilih oleh Allah SWT.
Beliau adalah salah seorang anak yang mempunyai sifat sifat dan pembawaan yang lain daripada yang lainnya, diantaranya adalah bahwa beliau tidak pernah ihtilam.

‘Alimul ‘allamah Al Arif Billah Asy-Syekh H. Muhammad Zaini Abd Ghani sejak kecil selalu berada disamping kedua orang tua dan nenek beliau yang benama Salbiyah. Beliau dididik dengan penuh kasih sayang dan disiplin dalam pendidikan, sehingga dimasa kanak kanak beliau sudah mulai ditanamkan pendidikan Tauhid dan Akhlaq oleh ayah dan nenek beliau. Beliau belajar membaca AI Quran dengan nenek beliau, dengan demikian guru pertama dalam bidang ilmu Tauhid dan Akhlaq adalah ayah dan nenek beliau sendiri.

Meskipun kehidupan kedua orang tua beliau dalam keadaan ekonomi sangat lemah, namun mereka selalu memperhatikan untuk turut membantu dan meringankan beban guru yang mengajar anak mereka membaca Al Quran, sehingga setiap malamnya beliau selalu membawa bekal botol kecil yang berisi minyak tanah untuk diberikan kepada Guru yang mengajar AI Quran.
Dalam usia kurang lebih 7 tahun beliau sudah mulai belajar di madrasah Darussalam Martapura.

Guru guru’Alimul’allamah Al ‘Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani :

1. Ditingkat Ibtida adalah: Guru Abd Mu’az, Guru Sulaiman, Guru Muh. Zein, Guru H. Abd. Hamid Husin, Guru H. Mahalli, Guru H. Rafi’I, Guru Syahran, Guru H. Husin Dakhlan, Guru H. Salman Yusuf
2. Ditingkat Tsanawiyah adalah: ‘Alimul Fadhil H. Sya’rani’Arif, ‘Alimul Fadhil H, Husin Qadri, ‘Alimul Fadhil H. Salilm Ma’ruf, ‘Alimul Fadhil H. Seman Mulya, ‘Alimul Fadhil H. Salman Jalil.
3. Guru dibidang Tajwid ialah: ‘Alimul Fadhil H. Sya’rani ‘Arif, ‘Alimul Fadhil At Hafizh H. Nashrun Thahir, ‘Al-Alim H. Aini Kandangan.
4. Guru Khusus adalah: ‘Alimul’allamah H. Muhammad Syarwani Abdan, ‘Alimul’allamah Asy Syekh As Sayyid Muh. Amin Kutby.

Sanad sanad dalam berbagai bidang ilmu dan Thariqat diterima dari:
Kyai Falak (Bogor), ‘Alimul’allamah Asy Syekh Muh Yasin Padang (Mekkah). ‘Alimul’allamah As Syekh Hasan Masysyath, ‘Alimul’allamah Asy Syekh Isma’il Yamani dan ‘Alimul’allamah Asy Syekh Abd. Qadir Al Baar.
5. Guru pertama secara Ruhani ialah: ‘Alimul ‘allamah Ali Junaidi (Berau) bin ‘Alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin ‘Alimul ‘allamah Mufti H. Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad, dan ‘Alimul ‘allamah H. Muhammad Syarwani Abdan.

Kemudian ‘Alimullailamah H. Muhammad Syarwani Abdan menyerahkan kepada Kiayi Falak dan seterusnya Kiayi Falak menyerahkan kepada ‘Alimul’allamah Asy Syekh As Sayyid Muh. Amin Kutby, kemudian beliau menyerahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad yang selanjutnya langsung dipimpin oleh Rasulullah saw.

Atas petunjuk ‘Alimul’allamah Ali Junaidi, beliau dianjurkan untuk belajar kepada ‘Alimul Fadhil H. Muhammad (Gadung) bin ‘Alimul Fadhil H. Salman Farlisi bin ‘Allimul’allamah Qadhi H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad, mengenal masalah Nur Muhammad; maka dengan demikian diantara guru beliau tentang Nur Muhammad antara lain adalah ‘Alimul Fadhil H. M. Muhammad tersebut diatas.
Dalam usia kurang lebih 10 tahun, sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf Hissi yaitu melihat dan mendengar apa apa yang ada didalam atau yang terdinding.

Dan dalam usia itu pula beliau didatangi oleh seseorang bekas pemberontak yang sangat ditakuti masyarakat akan kejahatan dan kekejamannya. Kedatangan orang tersebut tentunya sangat mengejutkan keluarga di rumah beliau. Namun apa yang terjadi, laki-laki tersebut ternyata ketika melihat beliau langsung sungkem dan minta ampun serta memohon minta dikontrol atau diperiksakan ilmunya yang selama itu ia amalkan, jika salah atau sesat minta dibetulkan dan diapun minta agar supaya ditobatkan.

Mendengar hal yang demikian beliau lalu masuk serta memberitahukan masalah orang tersebut kepada ayah dan keluarga, di dalam rumah, sepeninggal beliau masuk kedalam ternyata tamu tersebut tertidur.
Setelah dia terjaga dari tidurnya maka diapun lalu diberi makan dan sementara tamu itu makan, beliau menemui ayah beliau dan menerangkan maksud dan tujuan kedatangan tamu tersebut. Maka kata ayah beliau tanyakan kepadanya apa saja ilmu yang dikajinya. Setelah selesai makan lalu beliau menanyakan kepada tamu tersebut sebagaimana yang dimaksud oleh ayah beliau dan jawabannva langsung beliau sampaikan kepada ayah beliau. Kemudian kata ayah beliau tanyakan apa lagi, maka jawabannyapun disampaikan beliau pula. Dan kata ayah beliau apa lagi, maka setelah berulamg kali di tanyakan apa lagi ilmu yang ia miiki maka pada akhirnya ketika beliau hendak menyampaikan kepada tamu tersebut, maka tamu tersebut tatkala melihat beliau mendekat kepadanya langsung gemetar badannya dan menangis seraya minta tolong ditobatkan dengan harapan Tuhan mengampuni dosa dosanya.

Pernah rumput rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan manfaatnya untuk pengobatan dan segalanya, begitu pula batu-batuan dan besi. Namun kesemuanya itu tidaklah beliau perhatikan dan hal hal yang demikian itu beliau anggap hanya merupakan ujian dan cobaan semata dari Allah SWT.
Dalam usia 14 tahun, atau tepatnya masih duduk di Kelas Satu Tsanawiyah, beliau telah dibukakan oleh Allah swt atau futuh, tatkala membaca Tafsir: Wakanallahu syamiiul bashiir.

‘Alimul’allamah Al-’Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, yang sejak kecilnya hidup ditengah keluarga yang shalih, maka sifat sifat sabar, ridha, kitmanul mashaib, kasih sayang, pemurah dan tidak pemarah sudah tertanam dan tumbuh subur dijiwa beliau; sehingga apapun yang terjadi terhadap diri beliau tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada orang tua, sekalipun beliau pernah dipukuli oleh orang-orang yang hasud dan dengki kepadanya.

Beliau adalah seorang yang sangat mencintai para ulama dan orang orang yang shalih, hal ini tampak ketika beliau masih kecil, beliau selalu menunggu tempat tempat yang biasanya ‘Alimul Fadhil H. Zainal Ilmi lewati pada hari-hari tertentu ketika hendak pergi ke Banjarmasin semata mata hanya untuk bersalaman dan mencium tangan tuan Guru H. Zainal Ilmi.
Dimasa remaja ‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. M Zaini Abd Ghani pernah bertemu dengan Saiyidina Hasan dan Saiyidina Husin yang keduanva masing-masing membawakan pakaian dan memasangkan kepada beliau lengkap dengan sorban dari lainnya. Dan beliau ketika itu diberi nama oleh keduanya dengan nama Zainal ‘Abidin.

Setelah dewasa. maka tampaklah kebesaran dan keutamaan beliau dalam berbagai hal dan banyak pula orang yang belajar. Para Habaib yang tua tua, para ulama dan guru-guru yang pernah mengajari beliau, karena mereka mengetahui keadaan beliau yang sebenarnya dan sangat sayang serta hormat kepada beliau.

‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani adalah seorang ulama yang menghimpun antara wasiat, thariqat dari haqiqat, dan beliau seorang yang Hafazh AI Quran beserta hafazh Tafsirnya, yaitu Tafsir Al Quran Al ‘Azhim Lil-Imamain Al Jalalain. Beliau seorang ulama yang masih termasuk keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang menghidupkan kembali ilmu dan amalan-amalan serta Thariqat yang diamalkan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Karena itu majelis pengajian beliau, baik majelis tali’m maupun majelis ‘amaliyahnya adalah seperti majelis Syekh Abd. Kadir al-Jilani.

Sifat lemah lembut, kasih sayang, ramah tamah, sabar dan pemurah sangatlah tampak pada diri beliau, sehingga beliau dikasihi dan disayangi oleh segenap lapisan masyarakat, sababat dan anak murid.
Kalau ada orang yang tidak senang melihat akan keadaan beliau dan menyerang dengan berbagai kritikan dan hasutan maka beliaupun tidak peniah membalasnya. Beliau hanya diam dan tidak ada reaksi apapun, karena beliau anggap mereka itu belum mengerti, bahkan tidak mengetahuu serta tidak mau bertanya.
Tamu tamu yang datang kerumah beliau, pada umumnya selalu beliau berikan jamuan makan, apalagi pada hari-hari pengajian, seluruh murid murid yang mengikuti pengajian yang tidak kurang dari 3000 an, kesemuanya diberikan jamuan makan. Sedangkan pada hari hari lainnya diberikan jamuan minuman dan roti.

Beliau adalah orang yang mempunyai prinsip dalam berjihad yang benar benar mencerminkan apa apa yang terkandung dalam Al Quran, misalnya beliau akan menghadiri suatu majelis yang sifatnya da’wah Islamivah, atau membesarkan dan memuliakan syi’ar agama Islam. Sebelum beliau pergi ketempat tersebut lebih dulu beliau turut menyumbangkan harta beliau untuk pelaksanaannya, kemudian baru beliau dating. Jadi benar benar beliau berjihad dengan harta lebih dahulu, kemudian dengan anggota badan. Dengan demikian beliau benar benar meamalkan kandungan Al Quran yang berbunyi: Wajaahiduu bi’amwaaliku waanfusikum fii syabilillah.
‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, adalah satu satunya Ulama di Kalimantan, bahkan di Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan (baiat) Thariqat Sammaniyah, karena itu banyaklah yang datang kepada beliau untuk mengambil bai’at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan, bahkan dari pulau Jawa dan daerah lainnya.
‘Alimul’allamah Al ‘Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani dalam mengajar dan membimbing umat baik laki-laki maupun perempuan tidak mengenal lelah dan sakit. Meskipun dalam keadaan kurang sehat beliau masih tetap mengajar.

Dalam membina kesehatan para peserta pengajian dalam waktu waktu tertentu beliau datangkan doktcr dokter spesialis untuk memberiikan penyuluhan kesehatan sebelum pengajian dimulai. Seperti dokter spesialls jantung, paru paru, THT, mata, ginjal, penyakit dalam, serta dokter ahli penyakit menular dan lainnya. Dengan demikian beliau sangatlah memperhatikan kesehatan para peserta pengajian dari kesehatan lingkungan tempat pengajian.

Karomah- Karomahnya
Ketika beliau masih tinggal di Kampung Keraton, biasanya setelah selesai pembacaan maulid, beliau duduk-duduk dengan beberapa orang yang masih belum pulang sambil bercerita tentang orang orang tua dulu yang isi cerita itu untuk dapat diambil pelajaran dalam meningkatkan amaliyah.
Tiba tiba beliau bercerita tentang buah rambutan, pada waktu itu masih belum musimnya; dengan tidak disadari dan diketaui oleh yang hadir beliau mengacungkan tangannya kebelakang dan ternyata ditangan beliau terdapat sebuah buah rambutan yang masak, maka heranlah semua yang hadir melihat kejadian akan hal tersebut. Dan rambutan itupun langsung beliau makan.

Ketika beliau sedang menghadiri selamatan dan disuguh jamuan oleh shahibulbait maka tampak ketika, itu makanan, tersebut hampir habis beliau makan, namun setelah piring tempat makanan itu diterima kembali oleh yang melayani beliau, ternyata, makanan yang tampak habis itu masih banyak bersisa dan seakan akan tidak dimakan oleh beliau
Pada suatu musim kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama tidak turun sehingga sumur sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap agar hujan bisa secara turun.
Melihat hal yang demikian banyak orang yang datang kepada beliau mohon minta doa beliau agar hujan segera turun, kemudian beliau lalu keluar rumah dan menuju pohon pisang yang masih berada didekat rumah beliau itu, maka beliau goyang goyangkan lah pohon pisang tersebut dan ternyata tidak lama kemudian, hujanpun turun dengan derasnya.

Ketika pelaksanaan Haul Syekh Muhammad Arsyad yang ke 189 di Dalam pagar Martapuram, kebetulan pada masa itu sedang musim hujan sehingga membanjiri jalanan yang akan dilalui oleh ‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy Syeikh H. M. Zaini Abd. Ghani menuju ketempat pelaksanaan haul tersebut, hal ini sempat mencemaskan panitia pelaksanaan haul tersebut, dan tidak disangka sejak pagi harinya jalanan yang akan dilalui oleh beliau yang masih digenangi air sudah kering, sehingga dengan mudahnya beliau dan rombongan melewati jalanan tersebut; dan setelah keesokan harinya jalanan itupun kembali digenangi air sampai beberapa hari.
Banyak orang orang yang menderita sakit seperti sakit ginjal, usus yang membusuk, anak yang tertelan peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta meninggal dalam kandungan ibunya, sernuanya ini menurut keterangan dokter harus dioperasi. Namun keluarga mereka pergi minta do’a dan pertolongan. ‘Allimul’allamah ‘Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani. Dengan air yang beliau berikan kesemuanya dapat tertolong dan sembuh tanpa dioperasi.
Demlklanlah diantara karamah dan kekuasaan Tuhan yang ditunjukkan kepada diri seorang hamba yang dikasihiNya. ***
(Abu Daudi)

Karya tulis beliau adalah :
- Risalah Mubarakah.
- Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muharnmad bin Abd. Karim Al-Qadiri Al Hasani As Samman Al Madani.
- Ar Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah.
- Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba-’Alwy.

Wasiat Tuan Guru K.H. M. Zaini Abdul Ghoni
1. Menghormati ulama dan orang tua,
2. Baik sangka terhadap muslimin,
3. Murah hati,
4. Murah harta,
5. Manis muka,
6. Jangan menyakiti orang lain,
7. Mengampunkan kesalahan orang lain,
8. Jangan bermusuh-musuhan,
9. Jangan tamak / serakah,
10. Berpegang kepada Allah, pada Qobul segala hajat,
11. Yakin keselamatan itu pada kebenaran,